Selasa, 19 Juli 2011

Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.

Prinsip  dari ekstraksi pelarut adalah pemisahan secara komponen dari zat terlarut di dalam dua campuran pelarut yang tidak saling bercampur. Biasanya digunakan dalam kimia organik dan lain - lain.
Jika zat terlarut antara dua cairan tidak saling larut, ada suatu hubungan yang tepat antara konsentrasi zat terlarut dalam kedua fasa terlarut pada keadaan kesetimbangan. Zat tersebut akan terdistribusikan atau terbagi dalam kedua pelarut tersebut berdasarkan koefisien distribusi. 

Salah satu contohnya adalah ekstraksi minyak atsiri dari biji pala (Myristica fragrans). Pertama-tama yang dilakukan adalah mengambil kandungan minyak-lemak dari bijinya, baru kemudian dilakukan pemurnian untuk mendapatkan minyak esensial atsirinya saja.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry]




Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
  • Tipe persiapan sampel
  • Waktu ekstraksi
  • Kuantitas pelarut
  • Suhu pelarut
  • Tipe pelarut
Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:
  • Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.
  • Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat.
  • Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut bergerak melalui bahan.
  • Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang kosentrasinya paling rendah.
Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat.

Menurut Ostwald, konsentrasi A atau [A]1/[A]2 = K distribusi (KD)
                                                                     aA1/aA2 = KD

Rumus mengenai koefisien distribusi :
W [=] ml

Contoh :
"W ml larutan H2O mengandung Xo gram zat terlarut. Zat terlarut tersebut diekstraksi n kali sebesar L ml pelarut lain. Jadi Xn adalah zat yang tertinggal di dalam pelarut 1".
0,1 gram I2 terlarut dalam 50 ml H2O, diekstraksi dengan 25 ml CCl4. Koefisien distribusi (KD) = 1/85, maka yang tertinggal di dalam H2O adalah :
Jawab :
Pelarut untuk ekstraksi = 25 ml/3 = 8,33 ml
jadi :

Elektrolisa

Elektrolisa adalah reaksi non-spontan yang berjalan akibat adanya arus (aliran elektron) eksternal yang dihasilkan oleh suatu pembangkit listrik.


Pada sel elektrolitik
  • Katoda bermuatan negatif  atau disebut elektroda (–)
  • Terjadi reaksi reduksi
  • Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) dengan Alkali tanah(IIA), Al dan Mn.
  • Reaksi : 2 H+(aq) + 2e- →H2(g) ion golongan IA/IIA  tidak direduksi; dan penggantinya air 2 H2O(l) + 2 e- → basa + H2(g) ion-ion lain  direduksi.
  • Anoda bermuatan positif (+) atau disebut elektroda +
  • Terjadi reaksi oksidasi
  • Jenis logam diperhatikan
Anoda : Pt atau C (elektroda inert) 
reaksi :
  • 4OH- (aq) → 2H2O(l) + O2(g) + 4e
  • Gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2 H2O(l) → asam + O2(g) 
  • Golongan VIIA (halogen) → gas 
Anoda bukan : Pt atau C 
reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau senyawa lain.



Dalam Elektrolisa terdapat tiga sel, yaitu :
  1. Sel Volta atau Galvani
  2. Sel Daniel
  3. Sel Elektrolisis
Keempat sel elektrolisa diatas, sebelah kiri sel (anoda) terjadi oksidasi dan sebelah kanan (katoda) terjadi reduksi.


Sel Volta, Daniel, dan Galvani : Anoda negatif (-) dan katoda positif (+)
Sel Elektrolisis : Anoda positif (+) dan katoda negatif (-)


Dalam elektrolisa :
DGL standard = Eo = Eokatoda - Eoanoda (harus positif untuk R spontan)
T = 25oC, P = 1 atm
Jika DGL < 0 bernilai negatif (-), maka R nonspontan.

Syaratnya :
- Suatu reaksi berlangsung spontan jika DGL>0
- Energi bebas ∆Go yang diharapkan agar reaksi berjalan maka ∆Go< 0 atau (-).


∆Go pada kesetimbangan yaitu : -RT ln K atau
∆Go = -nFE (larutan elektrolit atau mengandung listrik)

Persamaan Nerts :
∆Go = -RT ln K
∆Go = -nFE

 ∆Go = ∆Go 
-nFE = -RT ln K


Sel Volta atau Galvani 
Sel Volta atau sel galvani adalah sel elektrokimia yang melibatkan raksi redoks dan menghasilkan arus listrik. Kegunaannya adalah untuk mengukur pH kelarutan.

Sel volta terdiri atas elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda(electrode negative), dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda(electrode positif).

Susunan sel Volta adalah :
Notasi sel : Y / ion Y // ion X / X


Logam X mempunyai potensial reduksi yang lebih positip dibanding logam Y , sehingga logam Y bertindak sebagai anoda dan logam X bertindak sebagai katoda.

Jembatan garam mengandung ion-ion positif dan ion-ion negative yang berfungsi menetralkan muatan positif dan negative dalam larutan elektrolit.


Contoh :
Hitunglah beda potensial sel reaksi redok berikut :
a. Zn / Zn2+ // Ag+ / Ag
b. Zn / Zn2+ 0,2 M // Cu2+ 0,1 M // Cu
Jawab :
Gunakan rumus : Eosel = Ekatoda – E anoda
                        = + 0,80 – ( – 0,76) = + 1,56 volt


Gunakan rumus : 

             = +0,34 – ( – 0,76 ) + (0,059/2) log (0,2 / 0,1)
             = + 1,4285 volt


Sel Daniel

Pada Sel Daniel, elektroda Cu dibenamkan dalam larutan tembaga(II) sulfat atau CuSO4 dan elektroda seng sulfat atau ZnSO4.Pada anoda, Zn mengalami oksidasi:

Zn(s)→ Zn2+(aq) + 2e-
Pada katoda, Cu mengalami reduksi:
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)

Pada sel Daniell, kawat dan lampu dihubungkan dengan kedua elektroda. Elektron-elektron yang "ditarik" dari seng berjalan sepanjang kawat, yang harus merupakan kawat non-reaktif, menghasilkan arus listrik yang membuat lampu menyala. Pada sel seperti ini, ion-ion sulfat memainkan peranan penting. Setelah bermuatan negatif, anion-anion ini terkumpul di anoda untuk mempertahankan keseimbangan muatan. Sebaliknya, pada katoda ion-ion Cu2+ terakumulasi untuk mempertahankan keseimbangan muatan ini. Kedua proses ini menyebabkan sebagian tembaga terakumulasi di katoda dan elektroda seng menjadi "terlarut" atau "meluruh" ke dalam larutan. Karena kedua reaksi tidak terjadi sendiri-sendiri (independently), kedua sel harus dihubungkan (dengan konduktor misalnya) agar ion-ion bergerak bebas. Digunakan dua wadah keramik yang berbeda untuk masing-masing larutan. Biasanya suatu "salt bridge" atau jembatan garam digunakan untuk menghubungkan kedua sel. Pada sel basah seperti ini, ion-ion sulfat bergerak dari katoda menuju anoda melalui jembatan garam dan kation-kation Zn2+ bergerak dalam arah sebaliknya.


Sel Elektrolisis

Sel Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan elektrolit.

Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
  • Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina (Pt), dan emas (Au).
  • Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag).
Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara elektrolit dan elektroda menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu:
  1. Elektrolisis larutan dengan elektroda inert
  2. Elektrolisis larutan dengan elektroda aktif
  3. Elektrolisis leburan dengan elektroda inert
Pada elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif dan anoda merupakan kutub positif. Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi.


Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam arah kebalikan dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan energi listrik. Proses ini disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh elektrolisis.
Reaksi total sel Daniell adalah

Zn + Cu2+(aq) –> Zn2+(aq) + Cu 

Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari potensial yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan mengendap dan tembaga akan mulai larut.

Zn2+(aq) + Cu –> Zn + Cu2+(aq) 

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.




Dalam elektrolisis Massa unsur yang diendapkan  dikatoda = (i . t . (Ar/n))/965
dimana :
i (Amper)
t (detik)

Dalam suatu kesetimbangan Esel = 0, naka nilai K dapat dicari yaitu :
Kesetimbangan Esel = 0

Setengah Sel
Hubungan elektroda dengan elektrolit sekitarnya (Liquid Jungtion) disebut setengah sel.


Diagram sel Volta :
Ag, AgCl | HCl, 0,1 M | gelas | larutan | kalomel
Elektroda Kalomel : 
Jenuh ; 0,242 V
1 M ; 0,280 V
0,1 M ; 0,334 V



Dengan menggunakan voltmeter Egelas = 0,800 V
jadi : 0,800 V = 0,280 + 0,05915 pH
                   pH = (0,800 - 0,280)/0,05915
                   pH = 8,79


Sel Konsentrasi :
Pada Sel Volta (Galvani) dan Daniel yang mengalami oksidasi dan reduksi terletak pada konsentrasinya, yang mempunyai konsentrasi encer yaitu mengalami oksidasi (anoda), sedangkan konsentrasi pekat mengalami reduksi (katoda).

Tetapan Kesetimbangan Kelarutan

Jika kita menambahkan ion senama ke dalam larutan jenuh yang berada pada kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri membentuk endapan. Terbentuknya endapan ini menunjukkan penurunan kelarutan. Fenomena ini disebut efek ion senama .

Jika larutan jenuh AgCl ditambahkan HCl, maka kesetimbangan AgCl akan terganggu.

HCl (aq) → H + (aq) + Cl - (aq)
AgCl (s) Ag + (aq) + Cl - (aq)
Kehadiran Cl - pada reaksi ionisasi HCl menyebabkan konsentrasi Cl - pada kesetimbangan bergeser ke kiri membentuk endapan AgCl. Dengan demikian kelarutan menjadi berkurang.


Tetapan Kesetimbangan Kelarutan (Ksp) adalah tetapan perkalian kelarutan yang dinyatakan kelarutan endapan dalam air.

Contoh :
Hitung Ksp dari Barium Sulfat jika Mr = 233 pada 25oC :
Jawab :
Kelarutan BaSO4 = 0,00023 gram/100 ml
                               = 0,23 mg/100 ml

(0,0023 mg/ml)/(233 mg mmol) = 9,871 x 10-6 = 1,0 x 10-5 mmol/ml

Ksp BaSO4 = [Ba2+][SO42-]

Ksp BaSO4 =  S2 = (1,0 x 10-5)2 = 1 x 10-10

Memprediksi Adanya Pengendapan
Masing-masing zat memiliki harga Ksp yang berbeda. Selanjutnya, dengan mengetahui harga Ksp dari suatu zat, kita dapan memperkirakan keadaan ion-ion suatu zat dalam suatu larutan dengan ketentuan sebagai berikut.

  • jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) lebih kecil dan harga K sp maka ion-ion tersebut masih larut.
  • Jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) sama dengan harga K sp maka ion-ion tersebut tepat jenuh.
  • Jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) lebih besar harga K sp maka ion-ion tersebut sudah membentuk endapan.
Contoh : 
100 ml larutan MgCl 2 0,01 M dicampurkan dengan 100 ml K 2 CO 3 0,001 M. Jika Ksp MgCO 3 = 3,5 x 10 -5, apakah MgCO 3 yang terbentuk sudah mengendap?


Jawab :
Setelah dicampur, volume campuran adalah 200 ml
Karena Qc MgCO3<Ksp MgCO3, maka MgCO3 tidak mengendap.



Kesetimbangan Reaksi Oksidasi - Reduksi

Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Disini akan juga dijelaskan mengenai zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor).


Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen

Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen.
Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS.
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.
Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida.
Jadi dapat disimpulkan:

  • oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain,
  • reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain.

Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen

Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:


Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)

  • Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
  • Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.


Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron

Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron.
Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:


Contoh sederhana :
Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:


Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).


Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II).
Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).
Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Dapat disimpulkan sebagai berikut, apa peran pengoksidasi dalam transfer elektron:
  • Zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
  • Oksidasi berarti kehilangan elektron (OIL RIG).
  • Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari zat lain.
  • Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron
Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
  • Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi.
  • Reduksi berarti mendapat elektron (OIL RIG).
  • Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron.


Dalam Kesetimbangan reaksi oksidasi - reduksi bisa dilihat  pada reaksi Disporposionasi :



Equivalen Asam = Equivalen Basa (yang berbeda molnya)

Kesetimbangan Kimia Dalam Kompleks

Untuk menentukan  hubungan antara kesetimbangan dengan pembentuk kompleks perlu menggunakan metode  Bjerrums yang diciptakan  oleh Jannik Bjerrum.
Jika ada suatu senyawa ABmaka pembentukan kompleksnya terdiri dari tahap yaitu : seperti pada persamaan reaksi di bawah ini :


Maka sesuai tahap reaksi tersebut dapat ditulis konstan kesetimbangan atau biasa disebut dengan konstan kesetabilan yaitu :
Keterangan :
A : ion logam atau ion pusat
m : jumlah ligan yang diikat
B : ligan pensubtitusi


Dalam pelarut  air biasanya kompleks yang memiliki ion pusat A memiliki komposisi membentuk kompleks dengan air (H2O) dengan jumlah air yang terikat di ligan bias 2, 4 atau 6. Pembentukan kompleks tersebut  dengan ligan pensubtitusi B yaitu :


Pelarut mempengaruhi persamaan reaksi  dan nilai konstanta kesetimbangan. Pada kompleks pada pelarut (H2O) , nilai total bilangan koordinasi logam adalah m dan jumlah bagian logam yang terikat dengan molekul air disebut x dan bagian y adalah bagian yang diserang oleh ligan pensubtitusi, sehingga persamaan menjadi saling berhubungan  yaitu : x + y = m. Karena konstanta K1, K2,.....,Km menunjukan pembentukan kompleks, nilai konstanta tersebut merupakan konstanta pembentukan (formation constants). Kompleks yang memiliki nilai terbesar dari konstanta pembentukan merupakan kompleks yang stabil, sehingga nilai konstanta ini biasanya disebut dengan konstanta kestabilan (stability constant).


Misalnya dalam pembentukan kompleks AB3 dapat ditentukan sebagai produk dengan nilai K3 merupakan perkalian konstanta tiap reaksi kesetimbangan yang terbentuk.
Sehingga setiap konstanta kestabilan selalu memiliki berbagai variasi tahapan Ki yang merupakan produk hasil kali konstanta tiap beberapa tahapan konstanta kestabilan K(misalnya K2 = K1 K2 ; K3 = K1 K2 K3).


Konstanta kestabilan dapat dilihat dari reaksi dibawah ini :

Contoh :
1 mol AgCl dilarutkan dalam  500 ml NH3, konsentrasi NH3 adalah 0,1 M, K1 = 2 ,3 x 10-3 , K2 = 6,0 x 103, Hitung konsentrasi Ag+….?
Jawab :
K = K1 x K2
    = (2,3 x 103) x (6,0 x 103) = 138 x 105

Konsentrasi Ag(NH3)2+ = 1 mmol/500 ml = 2 x 10-3


Kesetimbangan Kimia

Dalam sebuah reaksi kimia, kita mengenal ada dua reaksi dasar yaitu reaksi maju dan reaksi balik. Reaksi maju adalah reaksi yang terjadi pada saat kita melakukan perubahan dari bentuk dasar ke bentuk lainnya. Sedangkan reaksi balik adalah reaksi yang kita lakukan untuk mengembalikan bentuk zat ke bentuk awalnya. Dalam kondisi inilah dapat terjadi Kesetimbangan kimia antara reaksi awal (maju) dengan reaksi baliknya.


Kesetimbangan kimia adalah satu kondisi yang dicapai dalam sebuah reaksi kimia yang terjadi secara seimbang dalam lajunya pada saat reaksi maju dan reaksi baliknya. Dengan kesetimbangan kimia ini, maka kita dapat melakukan proses balik pada zat - zat yang ada sehingga terbentuk kembali zat dasarnya.


Proses Perubahan Kesetimbangan dalam Proses Kimia
Pada proses - proses kimia, seringkali kita mengalami perubahan kondisi sedemikian rupa sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya kesetimbangan yang telah terbentuk dalam reaksi kimia. Untuk kondisi tersebut, maka secara cepat zat yang mengalami proses kimia melakukan penyesuaian diri dengan melakukan pergeseran kesetimbangan.


Dalam kehidupan kita sehari - hari peristiwa kimia ini dapat kita jumpai pada kegiatan hidup kita. Misalnya ketika memanaskan air dalam ketel atau bejana tertutup lainnya, pada saat air dipanaskan, karena suhu terus meningkat, maka air menguap. Hal ini karena ruangan di dalam ketel suhunya meningkat. Tetapi ketika suhu terus meningkat, maka hal tersebut menyebabkan meningkatnya tekanan dalam ketel, maka pada saat itulah uap air akan berubah menjadi air lagi melalui proses pengembunan.


Proses ini akan dilakukan oleh air dalam bejana tersebut hingga tercipta kesetimbangan dalam ruangan atau bejan tertutup yang ditempatinya. Begitu juga yang terjadi di alam terbuka. Peristiwa penguapan air, hujan dan pengembunan di pagi hari merupakan proses kimia yang menerapkan kesetimbangan kimia di alam.


Kesimpulannya :
Kesetimbangan kimia terjadi pada saat Anda memiliki reaksi timbal balik di sebuah sistem tertutup. Tidak ada yang dapat ditambahkan atau diambil dari sistem itu selain energi. Pada kesetimbangan, jumlah dari segala sesuatu yang ada di dalam campuran tetap sama walaupun reaksi terus berjalan. Ini dimungkinkan karena kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri sama.

Apabila Anda mengubah keadaan sedemikian rupa sehingga mengubah kecepatan relatif reaksi ke kanan dan ke kiri, Anda akan mengubah posisi kesetimbangan, karena Anda telah mengubah faktor dari sistem itu sendiri.



Dalam hal ini kita akan membahas kesetimbangan kimia dalam analisis Titrimetri. Analisis Titrimetri biasanya menggunakan pelarut air, misalnya :

Untuk larutan, konsentrasi dinyatakan dalam mol/L (M) atau molal (m)
Larutan : Molar = mol/L
                  molal = (W1/Mr) x (1000/W2)
Gas         : molal dan Tekanan


Reaksi - reaksi pada Kesetimbangan Kimia :


Tetapan air (Kw) pada berbagai suhu